Program Affiliasi Marketplace: Pembunuh Dropshipper?

Share Via

Kalau data kamu menunjukan ada tren penurunan penjualan melalui iklan Facebook/Instagram, namun mengalami tren kenaikan penjualan di marketplace, kamu perlu membaca artikel ini sampai tuntas untuk mendapatkan why-nya.

Berdasarkan grafik yang saya buat di bawah ini, yang merupakan penggabungan dari data toko online pribadi dengan data Google trend, program afiliasi yang ditawarkan Shopee, TikTok, dan Tokopedia sepertinya mendapatkan momentumnya di tahun 2022!

Disamping itu, terdapat indikasi, program afiliasi marketplace turut mengedukasi non-marketplace users untuk membiasakan berbelanja di marketplace.

Daftar Isi

Semua Dimulai dari Shopee Affiliate

Shopee ini hebat sekali dalam membuat dan mengeksekusi strategi.

Setelah sukses meningkatkan penjualan dengan menawarkan metode pembayaran COD dengan menggandeng JNT, Shopee kembali mendulang kesuksesan dengan membuka program Shopee Affiliate di pertengahan tahun 2020, atau dalam rentang waktu yang sama saat PSBB1Pembatasan Sosial Berskala Besar diterapkan.

Berdasarkan data Google Trend, butuh kurang dari 1 tahun untuk Shopee affiliate menjadi viral. Program afiliasi inipun diikuti pemain lainnya seperti Tokopedia dan TikTok yang baru membuka program afiliasinya di awal 2022.

Jika dibandingkan dengan Q1 2022, member Tokopedia Affiliate tumbuh sampai 5x lipat di Q3. Sedangkan dari sisi pesanan yang dihasilkan, tumbuh 4x lipat (dok. kontan mingguan)

Efek Program Afiliasi Marketplace Terhadap Dropshipper

Untuk pemain dropship yang menggunakan iklan Meta sebagai saluran pemasaran utama, inovasi pembayaran COD adalah keberkahan karena metode pembayaran COD ini menjadi source of growth yang masif.

Hal ini dikarenakan semakin besarnya pasar online shopper di Indonesia karena masih banyak konsumen yang masih belum memiliki rekening bank.

Namun untuk inovasi program afiliasi oleh marketplace, nampaknya akan menjadi pukulan telak untuk para dropshipper tipe ini.

Join Telegram INORENO.ID

Hipotesa penulis, program grassroot seperti ini menjadi katalis terjadinya the great non-marketplace users migration. Dengan kata lain, terjadinya perubahan perilaku berbelanja non-marketplace users secara besar-besaran yang tadinya berbelanja via olshop sosmed, menjadi berbelanja di marketplace.

Bagaimana bisa program afiliasi ini merubah perilaku online shopper?

Semua Orang Bisa Menjadi Affiliate

Berbeda dengan program Shopee influencer dan sejenisnya, tidak ada batasan minimal jumlah follower untuk menjadi affiliate. Kamu hanya perlu memiliki akun marketplace, kemudian membagikan link unik (link afiliasi) di berbagai media sosial yang kamu punya.

Shopee Affiliate vs Shopee Influencers

Berdasarkan klaim beberapa member afiliasi di berbagai marketplace, program afiliasi yang ditawarkan marketplace ini memiliki potensi pendapatan per minggu yang sangat menggiurkan. Salah satu pesertanya mampu mendapatkan penghasilan sampai dengan 10 juta per minggu.

Dengan rentang tingkat komisi diberbagai marketplace antara 1% – 10%, model bisnis afiliasi ini sepertinya sangat mengandalkan volume penjualan dan pilihan produk yang variatif. Sehingga, para affiliate perlu untuk memproduksi konten-konten yang viral agar komisinya semakin banyak.

Saya pernah membahas sedikit mengenai affiliate di artikel Merintis Bisnis Online Yang Mudah & Scalable

Disamping itu, ternyata para affiliates ini juga mendapatkan komisi 50 perak untuk setiap klik-nya. Sehingga, agar minimal saldo Tokopedia Affiliates bisa ditransfer setiap minggu, kamu memerlukan setidaknya 200 klik per minggu.

Tokopedia Affiliate

Jika untuk menjadi seorang affiliate barrier-to-entry nya rendah dan potensi pendapatannya sebegitu besar, siapa yang tidak mau mencoba ya? Mungkin beberapa teman-teman kita, disadari atau tidak, beberapa kali membagikan affiliate link di beberapa posting-an Instagram Story atau TikTok-nya.

Rekomendasi Teman/Influencer Lebih Dipercaya

Jika di beranda kamu, secara bersamaan, muncul iklan online shop (bentuknya bukan testimonial) dan rekomendasi teman/selebgram yang sama-sama menawarkan produk yang sama persis, mana yang bakal kamu klik?

Kemungkinan besar kamu akan meng-klik link yang ditawarkan teman/selebgram karena kamu merasa ulasannya lebih otentik dan terpercaya. Sedangkan iklan olshop, kamu akan merasa lebih skeptis karena “ngiklan” banget atau takut overclaim.

Makanya, memang iklan-iklan yang efektif itu biasanya berbentuk testimonial amatir karena terkesan jujur dan otentik. Model-model iklan seperti ini pun ada penyedianya, salah satunya Sociabuzz.

Nah, sekarang bayangkan skenarionya begini:

  1. Iklan produk dropship kamu muncul di beranda affiliate yang kenal betul seluk beluk marketplace
  2. Sang affiliate screenshot posting-an iklan kamu beserta foto-foto produknya
  3. Affiliate mencari supplier langsung dengan menggunakan fitur search by image di mobile app Shopee
  4. Kemudian share di beranda/story-nya dia selayaknya sedang me-review suatu produk
  5. Di akhir posting-an, ia menyediakan produk dan link alternatif yang lebih murah (Yang kemungkinanannya adalah supplier kamu)

Dan yang model begini tidak satu-dua orang, bisa ratusan atau ribuan. Ini lah yang saya maksud program affiliate marketplaces menjadi katalis terjadinya the great non-marketplace users migration.

Program afiliasi ini sebenarnya menguntungkan untuk affiliate dan konsumen. Dari sisi affiliate, reputasi dia jadi terangkat karena mengenalkan alternatif barang yang relevan dan murah. Sedangkan dari sisi konsumen, untung karena bisa mendapatkan harga yang lebih murah serta bermanfaat.

Atau kamu sebagai dropshipper ternyata memiliki pengalaman dan data yang bertolak belakang dengan hipotesa saya? Share ya di kolom komentar biar sama-sama belajar :)

Share Via

Leave the first comment

Related Post(s)

Subscribe Newsletter

Subscribe Newsletter

Google reCaptcha: Invalid site key.